Blog yang berisi Peraturan Hukum di Indonesia

Pengertian Pengelompokan dan Tata Cara Pemungutan Pajak

A.      Pengertian Pajak

Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang. Pembayar pajak tidak akan mendapat kontra prestasi atas pajak yang telah dibayarkan. Pajak tersebut digunakan oleh negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Pengertian pajak tersebut juga tercantum dalam pasa1 angka 1 UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang menyebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. 

Dasar pemungutan pajak tersebut juga diatur dalam UUD 1945 Amandemen pasal 23A, Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-undang.”

        B.        Pengelompokan Pajak 

Ada  beberapa  jenis  kelompok  pajak  yang  berlaku  di Indonesia, antara lain: 

1.    Menurut golongannya: 

        a.    Pajak   langsung,   yaitu   pajak   yang   harus   dipikul sendiri oleh wajib pajak dan                 tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: pajak                             penghasilan (PPh). 

        b.    Pajak  tidak  langsung,  yaitu  pajak  yang  akhirnya dapat dibebankan atau                         dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

                   2.    Menurut sifatnya:

                         a.   Pajak subjektif, yaitu pajak yang berdasarkan pada subjeknya, dalam arti                                                   memerhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

                         b.  Pajak objektif, yaitu pajak yang berdasar pada objeknya, tanpa memerhatikan                                           keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak                                      Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

                    3.   Menurut lembaga pemungutnya:

                          a.   Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh peme- rintah pusat dan digunakan                                        untuk membiayai rumah tangga negara.

                          b.   Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh peme- rintah daerah dan digunakan                                    untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah.

        C.        Tata Cara Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan dalam rangka pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui berkaitan dengan tata cara pemungutan pajak, antara lain:

1.   Asas pemungutan pajak.

       Pemungutan    pajak    dilaksanakan    berdasarkan    asas berikut:

          a.  Asas domisili.

   Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan  wajib  pajak  yang  bertempat  tinggal di wilayahnya, baik itu berupa penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan dari luar negeri. Asas ini berlaku bagi wajib pajak dalam negeri. 

b.  Asas sumber. 

    Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c.  Asas kebangsaan.

   Dasar pengenaan pajak dihubungkan dengan ke- bangsaan/negara wajib pajak. Misalnya, pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang berwarga negara asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku bagi wajib pajak luar negeri.

2.   Sistem pemungutan pajak.

      Sistem  pemungutan  pajak  yang  berlaku  di  Indonesia antara lain:

      a.   Oficial assessment system. 

Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak  yang  terutang  kepada  wajib  pajak.  Dalam hal ini pemerintah mempunyai wewenang penuh untuk menentukan besarnya pajak terutang dengan mengeluarkan surat ketetapan dan wajib pajak hanya bersifat pasif.

     b.   With holding system.

Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pihak ketiga selain pemerintah dan wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

    c.   Self assessment system.

Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang.

Dalam sistem ini wajib pajak mempunyai wewenang dalam menentukan sendiri besarnya pajak terutang, sehingga wajib pajak mempunyai peran aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang  terutang.  Sedangkan  peran pemerintah hanyalah mengawasi dan tidak mempunyai hak untuk campur tangan. 

Di  antara  ketiga  sistem  pemungutan  pajak  di  atas, self assessment system pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan kegotongroyongan nasional dengan cara menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga melalui sistem ini diharapkan administrasi perpajakan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana,   dan   mudah   dipahami   oleh   wajib   pajak   itu sendiri.